Imunisasi Ikhtiar Orang Tua Lindungi Anak

dr. Aslinar, Sp.A, M.Bio(Med)
dr. Aslinar, Sp.A, M.Bio(Med)

(Banda Aceh, 19/01) -- Imunisasi salah satu ikhtiar para orang tua di daerah itu dalam upaya melindungi anak dari berbagai penyakit menular, salah satunya penyakit polio. Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua IDAI Aceh dr Aslinar, SpA, M. Biomed pada Kamis (19/01) Banda Aceh pada update Perkembangan KLB Polio dengan awak media di Banda Aceh.

Ia menjelaskan saat ini Aceh masih dalam kondisi kejadian luar biasa (KLB) polio, menyusul ditemukan satu kasus perdana di Mane, Pidie pada November 2022. Hingga saat ini, total polio di Aceh lima kasus.

Sebagai respons dari KLB polio tersebut, Kementerian Kesehatan RI melakukan Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio di Aceh yang menyasar 1,2 juta anak usai 0-12 tahun.

Aslinar menjelaskan dalam catatannya, wabah polio di Tanah Air pada 2005-2006 tercatat 351 anak cacat lumpuh. Pada 2014, Indonesia dinyatakan bebas polio. Kasus polio ditemukan kembali pada 2019 di Papua dan Aceh pada 2022.

“Polio penyakit infeksi akibat virus yang sangat menular, akibatnya bisa terjadi kelumpuhan yang permanen,” katanya.

Virus polio menular melalui tinja, dari perilaku buang air besar sembarang atau dari sekret tenggorokan saat batuk yang mengeluarkan virus polio.

“Contohnya buang air besar ke sungai, pampers bayi dibuang ke sungai, kalau virus ada di situ maka akan mudah tertular,” katanya.

Oleh sebab itu, kata dia, warga diminta terus berupaya mencegah penyebaran virus polio, seperti pelaksanaan imunisasi polio, bisa dengan imunisasi polio tetes maupun injeksi, serta dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Jadi memang selalu dianjurkan untuk cuci tangan, bukan hanya semasa COVID-19, karena memang banyak kuman menularkannya lewat tangan, sehingga kita harus sering-sering mencuci tangan,” katanya.

Upaya lain juga dapat dilakukan melalui pencegahan pencemaran lingkungan, seperti menghindari perilaku buang air besar sembarangan.

“Dan ini juga terjadi di tempat wisata seperti ibu-ibu baru siap buang air besar anaknya maka pampers dibuang sembarangan. Padahal perilaku seperti ini, tidak boleh dilakukan",  katanya.

Kepala Seksi Imunisasi dan Surveilans Dinas Kesehatan Aceh Cut Efri Maizar mengatakan hingga saat ini tercatat lima kasus polio di Aceh. Sebanyak satu di antara lima kasus tersebut memiliki gejala. Sementara 4 lainnya tidak menunjukkan gejala.

“Untuk cacat yang ditimbulkan oleh virus polio itu permanen, walaupun dilakukan fisioterapi, hanya mengurangi cacatnya, jangan sampai dia tidak bisa beraktivitas,” katanya.

Ia menghimbau semua pihak untuk mendukung pelaksanaan imunisasi bagi anak. Khusus untuk mencegah wabah Polio yang mewabah di Aceh, ia meminta seluru anak usia 0-12 tahun untuk mendapatkan 2 kali tetes Polio agar bisa terbentuk kekebalan dalam tubuh si-anak agar terbebas dari sakit Polio yang sangat berbahaya tersebut.

"Kita juga minta pastikan seluruh anak-anak usia 0-12 tahun mendapatkan dua kali tetes polio pada dua putaran pelaksanaan sub-PIN Polio di Aceh," kata Cut Efri Maizar, Kamis (19/1).

Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Aceh itu menghimbau kepada seluruh masyarakat agar dapat bekerjasama untuk mengantarkan anak-anak untuk mendapatkan tetes Polio.

Menurutnya Imunisasi merupakan upaya penanggulangan yang paling mudah dan cepat untuk memutuskan mata rantai penularan virus polio yang saat ini sedang melanda Aceh.

Selain imunisasi, ia menghimbau agar tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan, guna terhindar dari virus polio.

Dampak virus polio dapat mengakibatkan kelumpuhan permanen pada anak. Polio ini tidak bisa diobati dan hanya dapat dicegah melalui imunisasi. Hanya dengan pemberian imunisasi kita dapat mencegah penularan virus tersebut.

Jika upaya penanggulangan tidak dilakukan dengan cepat dan masif untuk seluruh usia sasaran, maka sangat berpotensi menularkan kepada yang lain. Jadi tunggu apa lagi, mari kita bawa anak-anak kita untuk mendapatkan imunisasi.

 

👁 1754 kali

Berita Terkait