Memilih Jajanan Sehat untuk Anak, Ini Tips nya

Ilustrasi Penjual Jajanan
Ilustrasi Penjual Jajanan

(JAKARTA) -- Saat ini banyak sekali jenis jajanan anak yang bermunculan dengan bentuk dan tampilan hingga rasa yang berbeda-beda, mulai dari jajanan yang ada di warung sekitar rumah, aneka cemilan anak yang tersedia di minimarket, jajanan ringan dari para pedagang di sekolah, hingga beragam penjual makanan yang ada di sekeliling tempat bermain anak-anak.

Secara umum anak sangat suka sekali dengan jajanan atau cemilan dan bahkan sudah menjadi suatu kebiasaan. Namun, bukan berarti anak-anak bisa bebas memilih jajanan apapun yang mereka inginkan.

Untuk itu, kehadiran orang tua sangatlah penting dalam mendampingi anak untuk memilih jajanan sehat dan bergizi serta memberikan pemahaman kepada anak tentang jajanan sehat yang baik bagi kesehatan tubuh sehingga anak pun tidak akan jajan sembarangan.

Nutrisionis dari Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional, RSAB Harapan Kita, Dinda Yulian Ardiani, S. Gz, mengatakan jajanan sehat merupakan cemilan atau makanan selingan anak yang memiliki kandungan nutrisi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi anak serta tidak memberikan efek samping yang membuat anak bisa mengalami gangguan kesehatan.

Salah satu kandungan nutrisi yang dapat memenuhi kebutuhan gizi anak pada jajanan yang sehat adalah kandungan zat gizi makro atau zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar sebagai sumber energi, seperti karbohidrat, lemak, dan protein sehingga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.

“Jajanan sehat memiliki peranan penting dalam memberikan asupan zat gizi pada anak-anak, sehingga kita harus memilih jajanan untuk anak yang bisa memenuhi kebutuhan energinya. Karena energi bisa sebagai sumber tenaga, sumber kecerdasan otak anak, dan juga sebagai sumber regenerasi jaringan bagi anak-anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan,” kata Dinda dalam Talkshow Keluarga Sehat di Radio Kesehatan, Kamis (21/07/2022).

Dinda juga menjelaskan bahwa dalam memilih jajanan sehat, orang tua perlu membatasi kandungan gula, garam, dan lemak untuk menghindari risiko masalah kesehatan, seperti obesitas pada anak.

Menurutnya, saat ini banyak makanan jajanan dewasa yang dapat dengan mudah diakses dan dikonsumsi oleh anak-anak, seperti makanan cepat saji yang tinggi gula, garam, dan lemaknya sehingga dapat memberikan dampak tidak sehat bagi anak untuk jangka panjangnya.

“Jadi kita harus memilih dalam jumlah yang cukup untuk energinya. Jadi tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan,” jelasnya.

Mengajarkan Anak Memilih Jajanan Sehat dan Aman

Ketidaktahuan anak dalam memilih makanan membuat mereka menjadi asal dalam menentukan jajanannya. Padahal, jajan yang sembarangan ini bisa menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan pada tubuh anak, mulai dari gangguan pencernaan hingga gangguan pada organ lainnya, bahkan ada anak yang bisa mengalami keracunan makanan dan mengharuskannya mendapatkan perawatan medis.

Oleh karena itu, orang tua perlu menjelaskan kepada anak terkait mengapa mereka harus memilih jajanan yang sehat dan bergizi. Berikan juga anak pemahaman tentang dampak buruk dari mengkonsumsi jajanan makanan yang tidak sehat sehingga anak akan lebih memikirkan lagi kesehatan tubuhnya.

Dinda mengatakan orang tua bisa mengajarkan anak untuk memilih jajanan yang sehat dengan melihat dari bentuknya, mulai dari kemasan hingga warna pada makanan.

Menurutnya, anak perlu mengetahui soal jajanan yang memiliki warna yang mencolok karena makanan atau minuman yang berwarna belum tentu aman dan sehat untuk dikonsumsi.

“Itu bisa terjadi kemungkinan bahwa pewarna tersebut adalah pewarna yang zat adiktif, yang memang bukan buat pewarna makanan atau pewarna makanannya bisa melebihi dari yang seharusnya dianjurkan untuk tambahan bahan pangan. Jadi ini yang bisa diedukasi kepada anak agar paham,” katanya.

Anak-anak juga perlu diberikan pemahaman tentang kebersihan pada kemasan jajanan. Misalnya, anak dapat memilih jajanan dengan kemasan yang tertutup rapat dan tidak terdapat hewan pembawa penyakit, seperti lalat yang menempel di dalam makanan. Kemudian anak juga bisa melihat kebersihan dari pedagangnya, seperti bagaimana cara penjual jajanan bisa menyajikan makanannya dengan baik. Contohnya, menggunakan sarung tangan dalam menyiapkan, mengolah, menyajikan makanan.

Selain itu, sebelum membeli dan mengkosumsi jajanan, orang tua juga bisa mengajak anak-anak untuk melihat beberapa hal, seperti tanggal kadaluarsa pada kemasan jajanan, membaca informasi gizi untuk mengetahui kandungan zat gizi pada makanan, dan membaca kandungan bahan makanan untuk mengingatkan mereka terhadap bahan-bahan makanan yang berbahaya dan tidak boleh dikonsumsi olehnya, seperti bahan pengawet pada makanan.

Dinda menambahkan orang tua sebaiknya bisa mencoba lebih dulu jajanan yang menjadi pilihan anak untuk bisa mengetahui rasa pada makanan tersebut. Jika dirasa jajanan terlalu manis karena tinggi gula atau terlalu gurih karena tinggi garam maka tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak dan orang tua bisa kembali memberikan pilihan jajanan yang lebih sehat.

“Karena anak-anak itu sangat cepat sekali menyimpan memori rasa atau pengecapannya di otak mereka, makanya banyak anak-anak yang langsung suka makanan manis-manis atau gurih. Dan ketika mereka sudah menemukan satu makanan atau minuman yang sudah sesuai atau sudah mereka sukai, maka mereka akan memintanya terus menerus sehingga orang tua perlu membatasinya,” tambahnya.

Ada banyak jajanan sehat yang bisa menjadi pilihan untuk dikonsumsi anak-anak. Namun, orang tua juga harus selalu melihat cara penyajian makanan dari para pedagang serta memilih jajanan yang bersih dan tertutup.

Hindari juga jenis jajanan dengan makanan yang memiliki warna yang mencolok karena tambahan zat pewarna bukan alami dan jenis makanan yang mengandung bahan pengawet, misalnya boraks atau formalin.

Membiasakan Membawa Bekal Makanan dari Rumah

Di sekolah orang tua tidak bisa ikut mendampingi anak untuk memilih jajanan sekolah yang sehat sehingga ada kemungkinan anak akan membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri tanpa memikirkan bahan-bahan yang terkandung didalamnya.

Dinda menganjurkan orang tua untuk membiasakan anak-anak membawa bekal makanan atau cemilan ke sekolah sehingga risiko untuk mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dan tidak terjamin keamanannya akan sangat rendah.

Selain itu, guru atau pihak sekolah pun memiliki peranan yang penting dalam memberikan kontribusi untuk mengawasi dan memperbaiki status gizi anak.

Bekal sekolah ini bisa dijadikan sebagai alat pendidikan gizi terutama bagi orang tua anak-anak tersebut. Guru secara berkala dapat melakukan penilaian terhadap unsur gizi seimbang yang disiapkan orangtua untuk bekal anak sekolah dan ditindaklanjuti dengan komunikasi terhadap orang tua.

Disamping bekal makanan, perlu juga anak-anak membawa air putih dari rumah karena dengan minum air putih dalam jumlah yang cukup akan sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan.

👁 845 kali

Berita Terkait