Lakukan Pemantauan Malaria Knowlesi, Tim Kemenkes & WHO Jakarta Terjun Langsung Ke Aceh.

Menindaklanjuti merebaknya kasus Malaria monyet (Knowlesi) di Aceh Barat dan Sabang, tim dari Kementerian Kesehatan RI, Komisi Ahli Malaria Nasional, WHO Jakarta, Unicef Banda Aceh, Tropmed Unsyiah dan Dinkes Aceh melakukan pemantauan dan pembinaan penanggulangan kasus Malaria monyet (plasmodium knowlesi) ke Aceh Barat dan Sabang  pada tanggal (08-12/01/2019).

Kunjungan tim ini diawali dengan kunjungan ke Balitbangkes Aceh di Lambaro untuk memperkuat jejaring diagnosis plasmodium knowlesi dengan metode PCR. Memperkuat Puskemas untuk pencatatan dan pelaporan plasmodium knowlesi, memperjelas patofisiologis, penatalaksanaan dan penggunaan berbagai sumber dana, baik BOK, ADG, CSR perusahaan, APBK dan sumber dana lain dalam penanggulangan malaria Monyet (plasmodium knowlesi) di Aceh.

Terjun langsung ke Aceh Barat

Saat berkunjung ke Aceh Barat (Rabu, 9/01/2019), tim WHO bersama tim Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dari Jakarta, melakukan diaognosa kasus malaria monyet yang menyerang dua warga di Desa Meutulang, Kecamatan Panton Reu, Aceh Barat pada 28 November 2018 silam. 

Tim yang berkunjung ke Aceh Barat tersebut terdiri dari WHO Perwakilan Jakarta, dr. Herdiana, perwakilan Unicef Aceh, dr. Dita, Kemenkes RI, dr. Franti, dan perwakilan Tim Komisi Ahli Pusat, Prof. Inge.

Dalam kunjungan tersebut organisasi kesehatan dunia (World Health Organization - WHO) menganjurkan masyarakat Aceh menjauhi satwa monyet karena dapat terinfeksi malaria yang ditularkan dari monyet ekor panjang (Plasmodium knowlesi).

"Itu adalah pesan dari tim WHO dari Jakarta saat turun ke Aceh Barat pada 9 Januari 2019, menindak lanjuti temuan dua kasus malaria monyet pada 2018," kata Kepala Dinas Kesehatan Aceh Barat, T R Ridwan, M. Kes, di Meulaboh, Minggu.

Saat berkunjung ke Aceh Barat pada Rabu (9/1), tim WHO itu menganjurkan masyarakat Aceh membatasi dan tidak berinteraksi langsung dengan berbagai jenis kera atau pun monyet, karena parasit plasmodium knowlesi itu mulai menjangkiti monyet berekor panjang di Aceh.

Ridwan menyatakan, untuk meredam wabah akibat parasit ini, WHO telah melakukan kajian dari temuan kasus di Aceh Barat yang menjangkiti dua warga, pasangan suami istri yang terinfeksi saat beraktivitas di hutan, beberapa waktu yang lalu di Aceh.

Tim WHO ini merekomendasikan kepada Dinkes Aceh Barat agar menganjurkan masyarakat Aceh secara umum untuk membatasi ruang interaksi dengan berbagai jenis monyet karena dapat berpotensi menjangkit seluruh jenis kera di Aceh.

"Rekomendasi ini diberikan karena mereka (tim) melihat langsung interaksi manusia dengan kera di jalan Gunung Geurute, Kabupaten Aceh Jaya. Tidak boleh bersentuhan langsung fisik manusia dengan monyet, karena potensi itu ada," ujar Ridwan.

"Tim WHO memberikan atensi juga kepada kita yang cepat dan tanggap sehingga kedua pasien bisa terselamatkan. Potensi kematian penyakit ini sangat tinggi, keluhan pasien yang kita temukan lebih parah dari keluhan penyakit malaria umumnya," katanya.

Dari hasil diskusi pihaknya dengan tim dari Jakarta tersebut, mereka menegaskan bahwa malaria yabg ditularkan dari monyet ekor panjang itu masih tergolong langka di Indonesia, sehingga ada wacana akan diberi nama khusus untuk malaria monyet tersebut.

👁 671 kali

Berita Terkait