Deteksi Dini Gizi Buruk Pada Anak, Ketua PKK Aceh Luncurkan Gerakan Gempita

(Banda Aceh, 29/07) – Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Aceh, Dyah Erti Idawati, bersama Unicef dan sejumlah LSM Aceh lainnya, Kamis (29/07/2021), meluncurkan gerakan keluarga mengukur pita lila balita (Gempita) di Posko Covid-19 Aceh. Peluncuran itu ditandai dengan pengukuran lengan salah satu balita menggunakan pita Lila.

Gerakan tersebut bertujuan mendorong keluarga untuk melakukan deteksi dini secara mandiri terhadap gizi buruk pada anak balita, dengan cara mengukur lengan anaknya menggunakan pita Lila (Lingkar lengan atas).

Pita LiLA adalah pita sederhana tiga warna yang mewakili gambaran status gizi anak, hijau berarti normal dan sehat, kuning berarti hati-hati, anak harus segera diperiksa lebih lanjut untuk konfirmasi status gizi nya, dan merah berarti anak memerlukan perhatian yang sangat khusus, karena anak dapat memiliki masalah gizi yang serius.

Gerakan tersebut nantinya akan digencarkan oleh Unicef bersama sejumlah LSM mitra pelaksananya, yaitu, Flower Aceh, Yayasan Darah untuk Aceh, dan PKBI Aceh.

Ketua PKK Aceh, Dyah Erti Idawati, mengatakan, pihaknya mendukung penuh gerakan tersebut digelar di Aceh. Ia mengatakan, upaya pencegahan gizi buruk pada anak di Aceh sudah digencarkan PKK dan sejumlah pihak lainnya sejak tahun 2019. “Gizi buruk penyebab stunting pada anak ini menjadi fokus kami dalam melakukan upaya pencegahan. Saat ini sudah banyak sekali kemajuan dari tingkat provinsi hingga desa,” kata Dyah.

“Perjalanan tiga tahun banyak sekali kemajuan. Kalau dulu kita tanya apa itu stunting banyak yang tidak tahu. Bahkan kader Posyandu sendiri tidak tahun cara mengukurnya (stunting). Semuanya dibebankan pada bidan desa,” lanjut Dyah Erti.

Oleh sebab itu, kata Dyah, pihaknya membangun kerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk memberi pemahaman bagi kader posyandu di tiap desa agar mereka tahu cara mengukur jika anak mengalamu stunting atau tidak. “Gerakan Gempita ini sangat bagus sekali untuk mendorong orang tua di rumah mengukur sendiri status gizi pada anaknya. Gerakan ini perlu kita lakukan secara sistematis, agar capaian dapat terukur,” ujar Dyah.

Dyah mengapresiasi hadirnya pola baru dalam mendeteksi gizi buruk pada anak. Ia berharap, cara tersebut dapat menjadi gaya komunikasi baru dalam penyampaian status gizi anak pada orang tua. Sehingga tidak ada orang tua yang tersinggung saat diberitahukan status gizi anaknya. “Mudah-mudahan dengan warna-warni pengukuran ini bisa lebih dipahami dan diterima masyarakat terkait status gizi anak,” kata Dyah.

Officer Nutrisi Unicef Aceh, dr. Natasya Phebe, mengharapkan, gerakan yang digagas pihaknya bersama sejumlah LSM tersebut dapat berjalan dengan lancar. Sehingga para orang tua di Aceh dapat mendeteksi dini status gizi anaknya.

Dengan begitu upaya pencegahan dan penyembuhan dapat dilakukan secepat mungkin.

“Pada saat ini kami sudah menentukan lokasi untuk pilot project gerakan ini, yaitu di Kota Banda Aceh,” kata Natasya.

 

👁 783 kali

Berita Terkait