BANDA ACEH – Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh bersama UNICEF dan berbagai lembaga sosial masyarakat (LSM) di Banda Aceh dan Aceh Besar berkomitmen memperkuat kolaborasi dalam mendukung percepatan Triple Eliminasi penyakit HIV, sifilis, dan hepatitis B menuju target eliminasi tahun 2030.
Komitmen ini ditegaskan dalam kegiatan Workshop Penguatan Koordinasi Eliminasi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B bagi Lembaga Sosial Masyarakat, yang berlangsung di Hotel Al-Hanifi, Banda Aceh, Kamis (9/10/2025).
Kegiatan ini terselenggara atas dukungan UNICEF, Sahass Inisiatif, dan Dinas Kesehatan Aceh, dengan melibatkan perwakilan berbagai LSM yang aktif di bidang kesehatan masyarakat di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar.
Kegiatan tersebut diikuti oleh 30 perwakilan organisasi masyarakat, meliputi lembaga keagamaan, sosial, dan kesehatan, seperti Serambi Edukasi, Flower Aceh, Aisyiah, Forum Bangun Aceh (FBA), serta organisasi profesi kesehatan seperti IDI, IBI, dan IAKMI.
Kasus HIV di Aceh Terus Meningkat
Dalam sambutannya, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan Aceh, yang diwakili oleh Kabid Sumber Daya Manusia Kesehatan, Muzakkir,SKM, M.Kes menyampaikan keprihatinannya atas peningkatan kasus HIV-AIDS di Aceh.
Sejak tahun 2004 pasca-tsunami hingga Agustus 2025, terdapat 2.015 kasus HIV/AIDS di Aceh, terdiri dari 1.953 kasus HIV dan 62 kasus AIDS. Sementara itu, dari Januari hingga Agustus 2025, tercatat 233 kasus baru — yang berarti hampir setiap 24 jam muncul satu kasus baru di Aceh.
"Berdasarkan laporan sistem SIHA 2.1, sepanjang Januari–Agustus 2025, sebanyak 73.770 orang telah menjalani tes HIV, dengan 233 orang positif, dan 215 di antaranya (92,3%) sudah mengakses pengobatan antiretroviral (ARV)", ujar Muzakkir.
Untuk penyakit Sifilis, sebanyak 59.383 orang telah diskrining, dengan hasil 37 positif dan 10 orang sudah mendapatkan pengobatan. Sementara pada pemeriksaan Hepatitis B pada ibu hamil, dari 53.212 orang yang diskrining, ditemukan 419 ibu hamil reaktif HBsAg. Dari jumlah tersebut, 214 bayi telah lahir, dan 209 bayi sudah mendapat vaksin HB0 dan HBIG sebagai langkah pencegahan penularan dari ibu ke anak.
“Jika kita lengah, maka HIV-AIDS bisa menjadi tsunami kedua setelah gelombang dahsyat pada 2004 silam. Pencegahan dan edukasi masyarakat adalah kunci,” tegas Muzakkir.
Peran LSM Diperkuat untuk Edukasi dan Advokasi Kesehatan
Dinkes Aceh mengingatkan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dan lembaga Swadaya Masyarakat dalam pencegahan serta promosi perilaku hidup sehat, agar laju pertambahan kasus HIV, Sifilis, dan Hepatitis B bisa dikendalikan.
Keberhasilan eliminasi ketiga penyakit tersebut tidak hanya ditentukan oleh layanan kesehatan, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif masyarakat dan LSM dalam upaya edukasi, advokasi, serta pendampingan komunitas.
Pendekatan berbasis komunitas adalah kunci. LSM memiliki peran strategis dalam menjangkau kelompok rentan, meningkatkan kesadaran masyarakat, serta mengurangi stigma terhadap ODHIV (orang dengan HIV).
Melalui workshop ini, Dinas Kesehatan Aceh menegaskan pentingnya sinergi antara LSM dan lintas sektor lainnya dalam memastikan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B di Aceh sebagai bentuk kepedulian bersama.
Hal ini mencakup pelaksanaan tes HIV, Sifilis, dan Hepatitis B bagi calon pengantin, serta upaya memutus rantai penularan dari ibu ke anak sejak masa kehamilan, yang menjadi bagian dari layanan ANC (Antenatal Care) terpadu dan berkualitas.
Perlu komitmen bersama untuk mempercepat eliminasi penyakit menular ini melalui kolaborasi lintas sektor, promosi kesehatan masyarakat, dan peningkatan layanan skrining berbasis komunitas.
Semoga kerja sama yang baik antara pemerintah, lembaga sosial, dan mitra pembangunan ini menjadi langkah nyata menuju Aceh Bebas HIV, Sifilis, dan Hepatitis B pada tahun 2030
👁 270 kali