Kadinkes Aceh Tegaskan Polio Hanya Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

(Banda Aceh, 25/11) -- Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr Hanif mengatakan, hingga kini belum ada obat untuk menyembuhkan polio.

Namun, penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen pada salah satu kaki penderitanya ini dapat dicegah.

"Polio hanya dapat dicegah dengan imunisasi, makanya imunisasi polio itu sangat penting untuk langkah pencegahan," kata dr Hanif saat menjadi salah satu narasumber dalam talkshow radio di Studio Serambi FM, Jumat (25/11/2022) sore.

Selain dr Hanif, talkshow itu juga menghadirkan Kepala Dinas Kesehatan Pidie, dr Arika Aboebakar SpOG(K) dan dr Anidar SpA(K) selaku Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Aceh.

Talkshow interaktif dengan tema "Update Penanganan KLB Polio Pidie" itu terselenggara atas kerja sama Dinkes Aceh dan Unicef Perwakilan Aceh serta Yayasan Darah untuk Aceh (YDUA) sebagai mitra pelaksana. Talkshow dipandu Wartawan Serambi Indonesia, Yarmen Dinamika.

Menurut Hanif, selain imunisasi, sanitasi lingkungan yang baik termasuk salah satu upaya yang tepat untuk mencegah penularan polio.

Untuk itu, kata Hanif, sembari memperbaiki kualitas sanitasi lingkungan, upaya imunisasi massal polio harus digencarkan.

Berdasarkan petunjuk Kementerian Kesehatan, lanjut Hanif, akan dilakukan imunisasi polio pada 28 November 2022 di seluruh Kabupaten Pidie sebagai tempat munculnya empat kasus polio dalam bulan ini.

"Kita harapkan bisa selesai satu hari. Kalau tidak, akan dilanjutkan pada hari-hari berikutnya," kata Hanif.

Tahap berikutnya akan dilaksanakan imunisasi massal polio di seluruh Aceh pada 5 Desember 2022, kecuali Kabupaten Pidie.

Kemudian, imunisasi polio tahap II akan dilaksanakan pada 5 Januari 2023 di seluruh Aceh.

Hanif berharap seluruh orang tua di Aceh hendaknya mendukung program imunisasi ini untuk anak- anaknya di bawah usia 15 tahun.

Imunisasi untuk anak usia sekolah, kata Hanif, dilakukan di sekolah masing-masing atau bisa juga di posyandu dan puskesmas.

Hanif menegaskan bahwa imunisasi polio tahap I dan II ini dilakukan melalui tetes vaksin by oral (ke mulut) dan tidak melalui injeksi (suntik).

"Jadi, anak- anak kita tidak perlu takut. Kita pilih metode imunisasi yang paling mudah, cepat, dan aman," kata Hanif.

Ia juga mengimbau perlunya dukungan dari forkopimda, ulama, tokoh-tokoh masyarakat, jajaran dinas kesehatan, dinas pendidikan, dewan guru, juga insan pers untuk menyukseskan kedua tahap imunisasi massal polio tersebut.

"Cakupan keberhasilan imunisasi ini kita targetkan 95 persen. Jika tak tercapai, akan kita ulang atau optimalkan lagi," imbuh Hanif.

Sementara itu, dr Arika Aboebakar juga menargetkan angka 95 persen untuk cakupan imunisasi polio di seluruh Kabupaten Pidie.

Ia optimis target tersebut akan tercapai dengan dukungan berbagai pihak berpengaruh di Pidie, apalagi imunisasi ini dilakukan melalui tetes vaksin di mulut.

Hanif menegaskan bahwa imunisasi polio tahap I dan II ini dilakukan melalui tetes vaksin by oral (ke mulut) dan tidak melalui injeksi (suntik).

"Jadi, anak- anak kita tidak perlu takut. Kita pilih metode imunisasi yang paling mudah, cepat, dan aman," kata Hanif.

Ia juga mengimbau perlunya dukungan dari forkopimda, ulama, tokoh-tokoh masyarakat, jajaran dinas kesehatan, dinas pendidikan, dewan guru, juga insan pers untuk menyukseskan kedua tahap imunisasi massal polio tersebut.

"Cakupan kebersihan imunisasi ini kita targetkan 95 persen. Jika tak tercapai, akan kita ulang atau optimalkan lagi," imbuh Hanif.

Sementara itu, dr Arika Aboebakar juga menargetkan angka 95 persen untuk cakupan imunisasi polio di seluruh Kabupaten Pidie.

Ia optimis target tersebut akan tercapai dengan dukungan berbagai pihak berpengaruh di Pidie, apalagi imunisasi ini dilakukan melalui tetes vaksin di mulut.

Erika menambahkan, anak yang pertama terinfeksi polio itu sekarang sudah dibawa ke Banda Aceh untuk perawatan.

Sedangkan tiga anak lainnya yang juga terinfeksi masih berada di desa asalnya, sebuah desa dalam Kecamatan Mane Pidie.

Kadis Kesehatan Aceh berharap, tiga orang anak yang juga terinfeksi polio itu nantinya akan dibawa ke Banda Aceh untuk perawatan. "Makan, penginapan, dan tranportasinya ditanggung Dinas Kesehatan Aceh," kata Hanif.

Sementara itu, dr Anidar mengingatkan pasien dengan keluhan lumpuh kaki sebaiknya jangan ditangani di puskesmas, tapi rujuklah secepatnya ke rumah sakit.

Kepada para sejawat dokter dan perawat, Anidar bersaran, "Bawalah segera ke rumah sakit kalau ada anak yang tidak bisa berjalan. Asumsikan saja dulu pasien itu polio daripada terlambat ditangani sesuai protokol penanganan polio."

Dokter spesialis anak ini juga menyebutkan ciri-ciri atau gejala polio. antara lain, demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher, dan nyeri di tungkai.

"Satu hal lagi yang khas, polio itu selalu menyerang salah satu kaki penderitanya. Belum pernah ditemukan pada dua kaki penderitanya sekaligus," ujarnya.

Menurut Anidar, dibanding anak perempuan lebih banyak anak laki-laki di bawah 15 tahun yang terinfeksi virus polio.

"Belum ada penjelasan ilmiahnya. Tapi mungkin saja karena anak laki-laki lebih banyak dan lebih lama beraktivitas di luar rumah," kata Anidar.

Ia mengimbau masyarakat agar segera melaporkan kasus lumpuh layu mendadak, terutama pada anak usia 0-15 tahun kepada petugas kesehatan.

"Makin cepat ditangani akan lebih baik," kata Anidar sembari menyebutkan bahwa meski polio tak ada obatnya, tapi sekitar 15 persen pasien polio bisa menjadi lebih baik keadaannya setelah dirawat intensif dan menjalani terapi tungkai kaki dan otot-ototnya yang kaku. (*)

Sumber Informasi : Serambi Indonesia

👁 3731 kali

Berita Terkait