TBC Masih Menjadi Persoalan Serius, Perlu Peran Aktif Masyarakat Temukan dan Obati TBC Sampai Sembuh

Wakil Menteri Kesehatan Prof. Dante Saksono Harbuwono.
Wakil Menteri Kesehatan Prof. Dante Saksono Harbuwono.

(JAKARTA) -- Tuberkulosis (TBC) masih menjadi permasalahan serius di Indonesia. Menurut Wakil Menteri Kesehatan Prof. Dante Saksono Harbuwono, Indonesia saat ini menempati peringkat kedua kasus tuberkulosis di dunia setelah India, dengan jumlah kasus sekitar 1.060.000 dan 130.000 orang meninggal dunia akibat penyakit ini.

“Dari 1.060.000 orang itu, yang meninggal ada sekitar 130 ribu orang,” ujar Wamenkes Prof. Dante saat, melakukan kunjungan ke RW 09 Kelurahan Jelambar Baru, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada Senin (16/12).

Untuk menurunkan angka kasus TBC, Prof. Dante mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam program Temukan dan Obati Sampai Sembuh Tuberkulosis (TOSS TB).

“Jadi, kalau ini hanya dijadikan program pemerintah, ini tidak akan selesai. Karena kemampuan pemerintah terbatas. Salah satu upayanya adalah mengajak masyarakat untuk ikut berperan di dalamnya,” lanjut Wamenkes Prof. Dante.

Wamenkes Prof. Dante juga mengapresiasi peran kader kesehatan dan perangkat masyarakat dalam menemukan dan mendampingi penderita TBC. Berkat upaya ini, wilayah tersebut mendapat predikat sebagai Kampung Siaga TBC.

Wamenkes Prof. Dante berharap gerakan serupa dapat direplikasi oleh masyarakat di daerah lain sehingga kasus TBC di Indonesia dapat lebih cepat diidentifikasi dan ditangani.

Prof. Dante berpesan kepada para kader pendamping TBC untuk memastikan agar penderita yang telah teridentifikasi tetap menjalani pengobatan hingga selesai. Hal itu guna mencegah resistensi obat yang dapat berujung pada kematian.

“Karena pengobatannya butuh waktu. Kadang-kadang, ada yang putus obat di tengah jalan. Yang putus obat di tengah jalan itu yang harus kita atasi. Karena kalau dia putus obat di tengah jalan, TB bisa jadi resisten atau jadi kebal terhadap pengobatan. Kalau kebal terhadap pengobatan, jadi tidak bisa sembuh,” kata Wamenkes Prof. Dante.

Selain itu, Wamenkes Prof. Dante mengingatkan kader pendamping mengenai pentingnya mengidentifikasi kontak erat penderita TBC, terutama anggota keluarga yang serumah. Ia memberikan contoh kasus yang ditemui saat kunjungannya di Surabaya, di mana seorang anak dengan status gizi pra-stunting terdiagnosis TBC setelah dilakukan pemeriksaan foto toraks.

“Bayangkan, jika itu didiamkan. Itu bisa menular ke anak-anak, sehingga anak-anak tersebut perkembangannya terganggu dan paru-parunya rusak,” lanjut Wamenkes Prof. Dante.

👁 287 kali

Berita Terkait