Pembinaan Aktifitas Fisik Sangat Penting Untuk Tetap Hidup Sehat dan Produktif, tak terkecuali Calon Jamaah Haji

"Pembinaan aktifitas fisik sangat penting untuk tetap hidup sehat dan produktif, termasuk calon jamaah haji", demikian disampaikan oleh Sekretaris Dinas kesehatan Aceh saat membuka Orientasi Kesehatan Olahraga bagi petugas Puskesmas di Grand Arabia Hotel Banda Aceh.

Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari itu (22 s/d 24 Mei 2017) dilaksanakan  oleh seksi Kesling dan Kesjaor, Dinas Kesehatan Aceh. Kegiatan dibuka oleh Sekretaris Dinas Kesehatan Aceh, Drs. Muhammad Hasan, M.Kes, Senin Sore (22 Mei 2017). 

Peserta Orientasi Kesehatan Olahraga bagi petugas Puskesmas diikuti oleh 56 orang peserta yang terdiri dari 2 orang dari tiap-tiap kab/kota (1 orang orang penanggung jawab program kesjaor dinas kesehatan kab/kota dan 1 orang petugas puskesmas terpilih) serta 10 orang peserta lokal, sehingga jumlah peserta adalah 56 Orang.

Pertemuan ini bertujuan untuk meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petugas Kesehatan dalam pemeriksaan dan pembinaan kebugaran jasmani kelompok sesuai kaedah kesehatan, baik kebugaran jasmani anak sekolah, pekerja dan calon jamah haji. Tujuan lain adalah meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dalam pemeriksaan kebugaran jasmani anak sekolah, pekerja dan calon jamah haji, meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam melakukan penilaian/pengukuran kebugaran jasmani anak sekolah, pekerja dan calon jamah haji, dan meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam pembinaan kebugaran jasmani anak sekolah, pekerja dan calon jamah haji.

Undang- undang nomor 36 tahun 2009, pasal 80 dan 81 menyatakan bahwa upaya kesehatan olahraga ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat merupakan upaya dasar dalam peningkatan prestasi belajar, prestasi kerja dan prestasi olahraga yang dilaksanakan melalui aktivitas fisik, latihan fisik dan atau olahraga yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dengan lebih mengutamakan pendekatan preventif dan promotif tanpa mengabaikan pendekatan kuratif serta rehabilitatif. 

Ibadah haji adalah ibadah yang membutuhkan fisik yang prima, sehingga jemaah haji dituntut mampu secara fisik/ jasmani yang tetap bugar agar dapat melaksanakan rangkaian ibadah haji dengan baik dan lancar.  "Sa'i dan thawaf itu, sangat membutuhkan kebugaran fisik yang prima", sebut Muhammad Hasan.

"Kesehatan kerja dan olahraga sangat penting bagi calon jamaah haji. Apa yang harus dilakukan? Pembinaan kesehatan fisik sangat penting. Ibadah haji beda dengan ibadah yang lain. Ibadah lain tidak begitu berat dan tidak menuntut fisik yang prima, tapi ibadah haji memiliki kekhususan sendiri karena lebih banyak membutuhkan fisik", tambah Sekretaris Dinkes Aceh itu.

Untuk menjaga kesehatan fisik tidak bisa serta merta pada saat mereka mau berangkat ke tanah suci. Kondisi di tanah suci, letak pemondokan jamaah paling dekat 1,5 km dari Mesjidil Haram dan itu perlu perjuangan yang luar biasa apalagi calon jamaah haji yang berangkat sudah berusia lanjut. Kondisi ini  semakin diperparah jika jamaah yang berangkat itu memiliki faktor resiko penyakit tidak menular seperti asam urat , kolestrol, darah tinggi, diabetes mellitus, misalnya, pastinya ini akan semakin membutuhkan perjuangan lebih dari jamaah.

Beliau menambahkan, "Fokus kita adalah bagaimana memberikan pemahaman sebagai bagian dari upaya kita agar calon jamaah haji itu mau mempersiapkan fisik yang prima dan bugar jauh-jauh hari sebelum mereka berangkat ke tanah suci. Maka menjadi penting bagi Petugas puskesmas harus memberikan pemahaman, pemeriksaan dan pembinaan kesehatan para calon jamah haji, karena tindakan promotif dan preventif sangat penting untuk kita lakukan bersama. Tenaga kesehatan yang tersedia belum tentu bisa mengawal seluruh jamaah jika tidak dibina dari awal".

Sesuai dengan undang-undang nomor 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji, Dinas kesehatan ikut bertanggung jawab dalam melakukan pembinaan dan pelayanan kesehatan ibadah haji baik pada saat persiapan maupun pelaksaanaan penyelenggaraan ibadah haji. 

Program untuk deteksi dini para calon jamaah, petugas Puskesmas harus berada dilini terdepan untuk mengenali dan mampu mendeteksi dini penyakit para calon jamaah haji. Selama ditanah air, petugas harus proaktif turun kelapangan untuk memantau, kedepankan upaya promotif dan preventif. Ditanah suci, petugas jangan hanya menunggu ditempat, tapi juga harus proaktif door-to-door untuk memberikan layanan kesehatan yang maksimal sehingga setiap saat bisa terpantau dan segera bisa diketahui jika ada para jamaah yang membutuhkan layanan dari petugas.

Masalah lain yang sering dihadapi adalah suhu udara di Arab Saudi yang sangat jauh berbeda dengan kondisi suhu udara di tanah air, kadang panas yang terlampau tinggi kadang juga dingin yang sangat menusuk kulit. Kondisi ini juga tentunya sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan para calon jamaah haji.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka pemeriksaan kesehatan tahap pertama dan pemeriksaan kebugaran jasmani serta pembinaannya sangat penting untuk menjaga kondisi prima jamaah haji saat melakukan ibadah haji.

Selama ini puskesmas melakukan pemeriksaan kesehatan tahap pertama meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan melakukan pembinaan untuk mengatasi penyakit yang diderita, namun belum disertai dengan pembinaan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

"Oleh karena itu petugas kesehatan memerlukan peningkatan kemampuan untuk melakukan upaya pembinaan kebugaran jasmani bagi jamaah haji", tambahnya.

Harapannya, nantinya diakhir pertemuan ada komitmen bersama untuk sama-sama kita tindak lanjuti ditempat kerjanya masing-masing. Untuk calon jamaah haji dengan usia lanjut, pemahaman agar bisa mandiri saat sebelum berangkat, selama di tanah suci maupun setelah kembali dari tanah suci. 

Salah satu narasumber, drg. Syarifah Yessi, M.Kes, yang mengulas faktor perilkau penyebab terjadinya PTM, memaparkan bahwa dari hasil riskesdas, ada 26,1 penduduk masih kurang aktifitas fisik dan masih ada 91,5 persen penduduk yang masih kurang makan buah dan sayur. Selain itu masih ada 36,3 % penduduk usia lebih dari 15 tahun yang masih merokok. Disisi lain dari sepuluh penyebab utama penyebab kematian masih ditemui stroke dan penyakit jantung koroner masih menduduki peringkat teratas penyebab kematian di Indonesia, disamping diabetes dengan komplikasi berada pada peringkat ketiga. Stroke  berada pada peringkat pertama dengan proporsi 21.1 %, Penyakit jantung koroner pada posisi kedua dengan proporsi 12,9 Persen dan diabetes melitus dengan komplikasi  mencapai 6,7 persen. Padahal salah satu penyebab dari penyakit tersebut salah satunya adalah juga disebabkan oleh kurangnya aktifitas fisik.

Selain narasumber lokal yang berasal dari Dinas Kesehatan Aceh, pada kegiatan tersebut juga menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten dibidangnya yang berasal dari Kemenkes RI dan  dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga. Dr. Mariani Roizani, Sp.KO (narasumber dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga) lebih banyak membahas mengenai pencegahan dan pertolongan pertama pada cedera olahraga.

Pada kehari ketiga orientasi, akan dilakukan simulasi/praktek program latihan fisik sesuai kaidah kesehatan untuk penilaian kebugaran jasmani kepada seluruh peserta dengan menggunakan rockpot test. Tes kebugaran ini diharapkan dapat dijadikan panduan untuk menjaga dan meningkatkan kebugaran jasmani setiap peserta. 

 

👁 1687 kali

Berita Terkait