(JAKARTA) -- Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menuturkan bayi yang diidentifikasi bergejala stunting bisa dilakukan intervensi. Menurutrya, pemberian protein hewani dianjurkan agar bayi tersebut tidak mengalami stunting.
“Kalau dia (bayi) bergejala stunting harus diberikan protein hewani sedangkan kalau bayi sudah stunting harus dikirim ke rumah sakit daerahnya dan dipegang oleh dokter anak,” kata Menkes saat virtual conference sosialisasi kebijakan Intervensi percepatan penurunan stunting tahun 2023, Jumat (3/2).
Menkes Budi mengatakan cara pengukuran bayi bergejala atau tidak bisa dilakukan dengan timbangan. Dia menekankan para ibu harus memiliki edukasi khususnya untuk bayi berusia 6-24 bulan yang berisiko tinggi stunting. “Program yang harus dilakukan dengan imunisasi terutama nanti kita dorong vaksin rotavirus sama vaksin PCV," ucap Menkes.
Menkes mengatakan, imunisasi adalah upaya untuk menghindari infeksi yang paling umum dialami bayi seperti penyakit pneumonia dan diare. Menkes menekankan bahwa imunisasi menjadi hal penting bagi bayi agar kemudian tidak jatuh ke stunting.
Lebih lanjut, dia mengingatkan bayi-bayi di bawah enam bulan harus mendapat ASI eksklusif. “ASI eksklusif itu harus benar-benar dipastikan,” imbuhrya.
Eks Wakil Menteri BUMN Ini juga menargetkan terjadi penurunan angka stunting hingga 17 persen di tahun 2023. “Ke depannya seperti apa? Agar tahun ini bisa mengejar penurunan ke angka 17 persen,” ujarnya.
Target ini diharapkan dapat menjadi momentum mewujudkan angka stunting di Indonesia yang kini 21,6 persen, menjadi 14 persen. Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo, target pemerintah adalah menekan angka stunting hingga di bawah 14 persen pada 2024.
Lebih lanjut Menkes Budi menjelaskan jika stunting merupakan masalah kompleks. “Ada intervensi sensitif di luar kesehatan dan Intervensi spesifik yang merupakan tupoksi di bidang kesehatan,” paparnya lagi.
Pandangan ini sejalan dengan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO yang menyatakan 70 persen penyebab stunting bisa diatasi dengan intervensi sensitif di luar bidang kesehatan. Sedangkan bidang kesehatan hanya memegang peranan 30 persen.
Optimalkan Dana Desa Untuk Cegah Stunting
MENTERI Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan dana desa dan APBD dapat dimanfaatkan untuk mengatasi stunting dan kemiskinan ekstrem. Kemiskinan ekstrem saat ini, kata Muhadjir, dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan.
"Penanganan kemiskinan ekstrem ni dapat dilakukan dengan memanfaatkan dana desa dan APBD dengan optimal. Dalam penggunaan dana desa ini terdapat tiga prioritas yaitu ketahanan pangan, kemiskinan ekstrem, dan penurunan stunting,” ujar Muhadjir.
Selain melalui anggaran APBD, Dana Alokasi Khusus (DAK), dirinya menekankan bahwa dana desa semestinya bisa diOptimalkan untuk kemiskinan ekstrem dan penanganan stunting. Bahkan juga bisa dilakukan melalui program padat karya dana desa, baik dani segi intervensi spesifik yaitu pemenuhan gizi, ataupun intervensi sensitif seperti jambanisasi dan pemenuhan air bersih.
"Dari dana desa kepala desa bisa mengeluarkan bantuan untuk masyarakat miskin misalnya untuk memelihara ayam, dagingnya untuk makan tambahan, kalau ayamnya bisa bertelur, telumya juga untuk makanan tambahan, sekaligus merealisasikan ketahanan pangan," ucap Muhajir.
Kemudian terkait program padat karya dana desa, menurutnya, padat karya hibisa dilakukan untuk membuat sesuatu yang lebih bermanfaat. Misalnya untuk membuat sarana prasarana jamban, MCK, dan sarana air bersih.
"Sasaran padat karya bisa untuk membangun MCK, jamban perorangan atau jamban bersama itu lebih tepat. Dikerjakan masyarakat sekitar, sekaligus dia mendapatkan upah, dan hasilnya bisa dinikmati bersama-sama. Dengan begitu target ketiganya bisa dipenuhi sekaligus dengan memanfaatkan dana desa," jelasnya.
👁 993 kali