Angka Penderita Baru Kusta di Aceh Menurun

(Banda Aceh) -- Prevalensi penyakit kusta di Aceh pada 2021 sebanyak 321 kasus. Penyakit ini juga ditemukan hampir diseluruh kabupaten/kota di Aceh, tertinggi di Banda Aceh 50 kasus, Pidie 49 kasus, Bireuen 41 kasus, Aceh Selatan 28 kasus, dan Aceh Utara 23 kasus. Sementara kabupaten/kota yang nihil kasus adalah Simeulue dan Sabang.

Namun angka penemuan penderita baru kusta di Aceh pada 2021 menunjukkan penurunan dengan ditemukan sebanyak 225 kasus baru. Biasanya setiap tahun tidak kurang dari 300 sampai 400-an kasus.

“Banda Aceh ada 50 kasus, tapi Banda Aceh ini banyak yang dari luar daerah yang berobat kesini, karena pengobatannya ada di Rumah Sakit Zainoel Abidin yang bekerja sama dengan Klinik Jeulita,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh, dr Iman Murahman.

“Stigma masyarakat yang tinggi terhadap penyakit ini, sehingga mendorong mereka untuk mencari pengobatan ke tempat yang enggak dikenal sama masyarakat di daerah asalnya. Makanya di Banda Aceh ini selalu banyak kasusnya, ada yang dari Aceh Barat, Pidie, dan lainnya,” ungkapnya.

Iman Murahman menjelaskan, penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae, sejenis bakteri yang tumbuh dengan lambat. Penularannya bisa melalui kontak kulit yang lama dan erat dengan pengidapnya. Di samping itu, kusta juga bisa ditularkan lewat inhalasi alias menghirup udara.

“Penularannya melalui berbicara melalui pernapasan. Penularannya sama seperti TBC, tapi bertahun-tahun dan biasanya kontak erat dalam keluarga,” kata Iman.

Dia menjelaskan, penyakit kusta ini termasuk 'satu keluarga' dengan TBC, Perbedaannya, jika TBC penularannya lebih cepat, sementara kusta bakterinya lengket dulu dengan jangka waktu yang lama. Kemudian baru menyerang susunan saraf tepi, seperti jari, kutit yang mulai tidak ada rasa.

Ciri-ciri khas dari kusta ini yaitu terdapat bercak putih di kulit, dan khusus ditempat tersebut tidak berkeringat, tidak ada bulu yang tumbuh, dan tidak ada rasa. “Kalau kawan-kawan tenaga kesehatan modalnya kapas saja. Jadi kapas itu digores-gores pada kulit yang terdapat bercak putih dan apabila tidak terasa, maka itu gejala awal dari kusta, Imbuh dr. iman.

Apabila gejala awal itu tidak segera ditangani, maka bisa mengakibatkan cacat tingkat dua, seperti mulai ada luka. Hal ini karena sudah tidak ada rasa di kulit, sehingga sandal yang dipakai bisa terlepas tanpa disadari. Akibatnya jari-jari kaki menjadi luka dan bisa jadi putus, karena sudah tidak terasa lagi.

“Itu yang menyebabkan nantinya akan cacat. Apabila segera diobati maka enam bulan insya Allah akan pulih,” sebutnya.

_Pemeriksaan di Desa-desa_

Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh dari 225 kasus baru yang ditemukan, hanya 11 orang yang sampai mengalami kecacatan.

“Terbanyak di Kabupaten Bireuen 5 orang, selebihnya 1 orang ma sing-masing di Acer Selatan, Aceh Barat. Pidie, Gayo Lues, Aceh Tmamiang dan Aceh Jaya," sebut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh, dr Iman Murahman.

Selanjutnya, upaya yang dilakukan pemerintah terhadap hal ini : yaitu memberikan pendanaan kepada kabupaten/kota untuk turun langsung ke desa-desa, mendatangi rumah penduduk untuk ditakukan pemeriksaan.

“Apabila ada indikasi yang meng arah ke kusta, maka segera dilakukan pengobatan, guna mencegah penyakit ini agar tidak memberi dampak yang lebih buruk lagi,” harap Iman Murahman.

 

 

👁 1739 kali

Berita Terkait