(BANDA ACEH) -- Memasuki hari ke-22 pascabencana banjir di Provinsi Aceh, Dinas Kesehatan Aceh terus memfokuskan penanganan pada pelayanan kesehatan, distribusi obat-obatan, serta pencegahan potensi kejadian luar biasa (KLB), terutama di wilayah paling terdampak.
”Pada hari ke-22 ini kami masih fokus pada distribusi obat ke posko-posko kesehatan serta memfasilitasi tenaga kesehatan yang bertugas di FKTP, puskesmas, dan rumah sakit kabupaten/kota,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Ferdiyus, dalam konferensi pers di Pusat Informasi dan Media Center yang disediakan Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) RI di Banda Aceh, Jumat (19/12/2025).Dinas Kesehatan Aceh, katanya, telah membentuk empat posko kesehatan provinsi yang tersebar di Kabupaten Pidie Jaya, Kota Lhokseumawe, Aceh Utara, dan Kota Langsa.
Posko tersebut, mengoordinasikan pelayanan kesehatan di 18 kabupaten/kota terdampak, dengan prioritas saat ini difokuskan pada sembilan daerah yang mengalami dampak terparah.
Beri Perhatian Khusus Pada Kelompok Rentan
Selain layanan medis, Dinkes Aceh juga memberikan perhatian khusus kepada kelompok rentan, yakni ibu hamil, balita, dan lansia. Bantuan berupa makanan tambahan terus didistribusikan ke lokasi pengungsian di sembilan kabupaten/kota terdampak dan akan disalurkan ke daerah lain apabila terdapat permintaan mendesak.
Relawan Rutin Pantau Posko Pengungsian
Ferdiyus menuturkan, dalam mendukung layanan di lapangan, Dinkes Aceh telah menerima 55 tim relawan kesehatan dengan total sekitar 539 personel yang ditempatkan di sembilan wilayah prioritas. Para relawan berkolaborasi dengan posko kesehatan provinsi dan kabupaten/kota, melakukan kunjungan rutin ke titik-titik pengungsian setiap hari.
Pada Senin lalu, Dinkes Aceh juga memberangkatkan tambahan 33 tim Emergency Medical Team (EMT) terpadu dengan total sekitar 295 personel. Dengan tambahan tersebut, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di lapangan kini mencapai 794 orang, terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, perawat, tenaga surveilans, sanitarian, tenaga gizi, dan konselor.
Ke depan, Dinkes Aceh menyiapkan pengiriman kloter keempat sekitar 100 tenaga kesehatan tambahan pada 22–25 Desember 2025, bertepatan dengan akhir masa tanggap darurat tahap kedua. ”Penguatan ini ditujukan untuk memastikan layanan kesehatan dasar tetap berjalan, terutama di FKTP yang belum beroperasi secara maksimal,” tuturnya.
Seluruh Rumah Sakit Pemerintah Telah Beroperasi
Ferdiyus mengungkapkan, dari total 65 rumah sakit di Aceh, seluruh rumah sakit pemerintah telah beroperasi, meski Rumah Sakit Aceh Tamiang masih belum optimal akibat kerusakan peralatan kesehatan. Untuk sementara, pelayanan dasar di wilayah tersebut dibantu oleh RS Adam Malik Medan. Sementara itu, dari 366 puskesmas yang ada, tercatat masih 30 puskesmas belum beroperasi di enam kabupaten/kota terdampak berat.
Di wilayah tengah Aceh, Dinkes Aceh tidak mengirimkan tambahan tim karena sumber daya manusia dan fasilitas rumah sakit dinilai masih mencukupi. Namun, dukungan logistik tetap diberikan, termasuk pengiriman 20 tabung oksigen ke RSUD Datuk Beru dan RSUD Moyangkuta setelah dilaporkan adanya keterbatasan stok.
Kasus ISPA, Penyakit Kulit dan Diare Dominan
Terkait kondisi kesehatan pengungsi, Dinkes Aceh mencatat penyakit yang dominan saat ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit kulit, dan diare. Kasus ISPA tercatat hampir mencapai 10 ribu kasus di sembilan kabupaten/kota dengan lokasi pengungsian, disusul flu sebanyak 1.336 kasus. Selain itu, terdapat sembilan kasus campak yang menjadi perhatian serius karena berpotensi menular di lingkungan barak pengungsian.
“Kami sudah mengantisipasi dengan menempatkan tenaga surveilans dan melakukan pelokalan apabila ditemukan suspek campak, agar tidak terjadi penularan yang lebih luas,” ungkapnya.
Dinas Kesehatan Aceh juga terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan melalui Pusat Krisis Kesehatan Nasional. Bantuan logistik kesehatan dan obat-obatan terus mengalir, baik dari pemerintah pusat maupun lembaga swadaya masyarakat.
“Harapan kami, dengan kerja bersama dan penguatan layanan kesehatan, tidak terjadi KLB, khususnya campak, di tengah situasi pascabanjir ini,” tutupnya.
Sumber : infopublik.id
👁 80 kali




