(Jakarta, 19/032021) | Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 memperlihatkan prevalensi gigi berlubang pada anak usia dini masih sangat tinggi yaitu sekitar 93%. Artinya hanya 7% anak Indonesia yang bebas dari karies gigi.
Federation Dental International (FDI) dan WHO menargetkan usia 5 sampai 6 tahun setidaknya 50% harus bebas dari karies gigi di setiap negara. Banyak kebijakan pemerintah yang dilakukan untuk mencapai target tersebut seperti program internship, Nusantara Sehat yang mana penempatan tenaga kesehatan berbasis kepada tim yang disebar ke seluruh Indonesia, termasuk tenaga kesehatan gigi maupun tenaga kesehatan lainnya.
Head of Sustainable Living Beauty and Personal Care and Home Care, Unilever Indonesia Foundation Drg. Ratu Mirah Afifah, GCClindent, MDSc mengatakan pandemi COVID-19 telah menyebabkan perubahan besar terhadap rutinitas sehari-hari masyarakat di seluruh dunia. Penelitian terkini mengenai dampak pandemi pada kebiasaan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut masih terbatas.
Khusus di Indonesia pihaknya melakukan survey kepada 1.000 responden berusia 18 tahun ke atas. Hasil survey menunjukkan sikap dan perilaku di masa pandemi ternyata 7 dari 10 orang mengatakan selama pandemi mereka lebih fokus pada kesehatan dan kesejahteraan menyeluruh.
“Terjadi peningkatan dari kebiasaan-kebiasaan seperti makan makanan yang sehat, berolahraga, mengurangi merokok, dan mengurangi minum minuman beralkohol,” kata Ratu dalam workshop Hari Kesehatan Oral Sedunia yang digelar secara virtual, pada Kamis (18/3).
Selain itu dampak COVID-19 terhadap kebiasaan merawat gigi telah terjadi penurunan kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari dibandingkan hasil survey tahun 2018. Kemudian kebiasaan buruk meningkat selama di rumah yakni 2 dari 5 orang dewasa mengaku tidak menyikat gigi seharian, dan ada 7 dari 10 orang menghindari pergi ke dokter gigi.
Kebiasaan tersebut mudah ditiru oleh anak-anak, ia mengungkapkan apabila orang tua tidak menyikat gigi dua kali sehari anak-anak 7 kali lebih memungkinkan untuk tidak menyikat gigi.
Sejak pandemi COVID-19 orang dua kali lebih sering mencuci tangan (64%) dibandingkan menyikat gigi (31%). Di samping itu juga sejak pandemi COVID-19 orang dua kali lebih sering menggunakan hand sanitizer (52%) dibandingkan menggunakan obat kumur (20%).
“Kebiasaan menjaga kesehatan tersebut tidak tercermin pada kebiasaan menyikat gigi, sebagian besar orang mengaku telah mengabaikan kebiasaan menyikat gigi. 9% orang tua tidak menyikat gigi dua kali sehari kemudian 11% anak-anak tidak menyikat gigi dua kali sehari,” ungkap Ratu.
Terdapat 5 masalah gigi dan mulut yang sering dialami selama pandemi antara lain mulut kering, bau mulut, gusi dan gigi berdarah saat menyikat gigi atau saat menggunakan benang gigi, kemudian nyeri pada gigi gusi atau mulut, dan adanya lubang pada gigi yang baru terbentuk.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI drg. Oscar Primadi, MPH mengatakan pelayanan kesehatan gigi di tengah pandemi COVID-19 harus beradaptasi dengan menerapkan protokol kesehatan. Di Indonesia dokter gigi ada 35.188 orang, dokter gigi spesialis 4.540 orang, dan terapis gigi dan mulut 19.600 orang.
Artinya 1 dokter melayani 7.500 orang. Rasio SDM dokter gigi ini sudah mencukupi namun masih ada persoalan dari sisi distribusi mengingat di Indonesia terdapat beribu pulau dengan disparitas daerah yang tidak sama.
Dengan jumlah dokter tersebut maka pelayanan kesehatan gigi dengan menerapkan adaptasi kebiasaan baru harus dapat terlaksana .
“Perlu dilakukan penyesuaian dalam memberikan pelayanan sehari-hari khususnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk dapat mengantisipasi penularan COVID-19,” kata drg. Oscar.
“Kita harus sehat, harus betul-betul mampu memproteksi diri sendiri dari ancaman penularan ini sehingga dokter gigi dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, menjadi pelaku utama dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan,” tambah Oscar.
👁 714 kali