(Banda Aceh, 30/11) -- Merespon kejadian luar biasa (KLB) Polio yang ditemukan di Mane, Pidie, pemerintah melakukan sub-Pekan Imunisasi Nasional Polio secara bertahap untuk mencegah penularan dan melindungi anak-anak Aceh dari virus polio yang sangat berbahaya itu.
Pada tahap pertama, sub-Pekan Imunisasi Nasional Polio dilakukan di kabupaten Pidie yang sudah dimulai sejak 28 November hingga 4 Desember mendatang.
Setelah di Pidie, untuk tahap selanjutnya kegiatan sub-Pekan Imunisasi Nasional Polio akan diberikan kepada anak-anak yang berada di 6 kabupaten kota yang berdekatan dengan kabupaten Pidie.
Pada tahap kedua ini kegiatan sub-Pekan Imunisasi Nasional Polio akan berlangsung mulai 5 hingga 11 Desember 2022 mendatang. Enam kabupaten dan kota itu yakni, Sabang, Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie Jaya, Bireuen, dan Aceh Utara.
Kepala Dinas kesehatan Aceh, dr. Hanif mengatakan, bahwa vaksinasi imunisasi tetes polio itu dilakukan secara bertahap karena, masih perlu adanya pelatihan kepada sejumlah tenaga kesehatan (Nakes).
“Pelaksanaan imunisasi itu, seharusnya dilakukan secara bersamaan. Namun, karena perlu adanya pelatihan terhadap Nakes maka dilaksanakan pelatihan terlebih dahulu. Pelaksanaannya cuma memberikan tetes kepada anak, jadi proses imunisasinya cepat,” imbuhnya.
Sementara untuk kabupaten kota lainnya, pelaksanaan sub-Pekan Imunisasi Nasional Polio ini dijadwalkan pada 12 Desember hingga 18 Desember mendatang.
Pelaksanaan Sub PIN dalam rangka penanggulangan KLB Polio di wilayah Provinsi Aceh dilaksanakan sebanyak 2 putaran. Masing-masing putaran Sub PIN ini dilaksanakan selama 1 minggu ditambah 5 hari sweeping.
Jarak minimal antar putaran adalah satu bulan dengan target cakupan sekurang-kurangnya adalah 95% untuk masing-masing putaran.
Sasaran Sub PIN adalah seluruh anak usia 0 bulan sampai dengan 12 tahun, termasuk pendatang, tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.
Targetkan 1,2 Juta Anak di Aceh
Kadinkes Aceh, dr. Hanif menyebutkan jika pelaksanaan sub-PIN Polio untuk seluruh Aceh ada 1,2 juta sasaran anak usia 0 bulan sampai dengan 12 tahun, yang harus mendapatkan imunisasi polio tetes ini.
Untuk kesiapan vaksin Kadinkes Aceh itu menyebutkan jika pihak Kemenkes sudah menyiapkan hingga 3,2 juta dosis vaksin untuk mendukung pelaksanaan sub-PIN Polio ini diseluruh Aceh.
Jumlah sebanyak itu adalah untuk mengkover 2 putaran dimana jarak minimal antar putaran adalah satu bulan setelah pelaksanaan putaran pertama dilakukan.
Kejadian KLB Kedua Setelah Dinyatakan Bebas Polio
Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap temuan pasien Polio di Gampong Mane, Pidie, merupakan KLB Polio kedua di Indonesia setalah sebelumnya terjadi di Papua pada tahun 2019. Padahal Indonesia sudah mendapat sertifikat eradikasi atau bebas Polio dari organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2014.
“Aceh KLB kedua setelah tahun 2014. Papua yang pertama ditetapkan sebagai KLB Polio tahun 2019. Jadi pasca dinyatakan bebas dari polio, Papua dengan dua pasien polio dan hal ini dipicu karena minimnya imunisasi terhadap anak-anak di daerah tersebut,” ujar Yudit, Narasumber dari Direktorat Pengelolaan Imunisasi Kemenkes, yang hadir secara virtual pada pertemuan media briefing Komunikasi Resiko KLB di Aceh di Aula Bapelkes Aceh pada Rabu (30/11).
Yudit menyebutkan bahwa penetapan KLB terhadap temuan kasus polio di Pidie, dikarenakan negara ini sudah bebas dari polio. Makanya begitu ditemukan 1 kasus saja, pihak kementerian kesehatan langsung bergerak cepat dan menetapkan bahwa ini masuk kategori KLB.
Di acara media briefing yang mengangkat peran media dalam penanganan KLB Polio di Aceh, ini Yudit juga memaparkan bahwa pihaknya bersama Dinas Kesehatan Aceh sudah melakukan surveilans cepat dengan mendatangi 26 rumah di Gampong Mane, dimana ditemukan 33 anak berusia 0 sampai 59 bulan.
Dari jumlah itu, hanya delapan anak (24 persen) yang diimunisasi OPV lengkap. Namun dari 8 anak itu tidak ada satupun yang pernah mendapatkan imunisasi polio suntik ( IPV).
“Sama seperti kejadian KLB Papua. Ternyata KLB polio Pidie dipicu munculnya virus polio dikarenakan membuang feses masih di area terbuka, lingkungan tempat tinggal yang kotor, dan masih banyak anak yang belum mendapatkan imunisasi,” kata Yudit lagi.
Meskipun tersedia toilet, tapi lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai. Air sungaipun masih dipakai sebagai sumber aktivitas penduduk, termasuk tempat bermain anak- anak.
Polio (Poliomyelitis) adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus polio. Polio menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian.
Pada pertemuan tersebut panitia sangat mengharapkan dukungan dari insan pers dan pegiat media untuk mendukung kesuksesan pelaksanaan sub-Pekan Imunisasi Nasional penanggulangan Polio ini dengan mengedukasi ke masyarakat luas melalui penyebarluasan informasi yang tepat dari sumber data yang kredibel tentang pentingnya imunisasi polio dan imunisasi rutin lainnya.
👁 1908 kali