(Banda Aceh, 22/09)-- Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, dr Maria Endang Sumiwi, M.P.H menyebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh ibu hamil untuk mencegah bayi yang dilahirkan terkena stunting.
Menurutnya, angka stunting tinggi di Aceh dikarenakan situasi yang banyak ditemukan bayi sudah stunting mulai dari lahir. Maka dari itu, kata dia, harus dilakukan intervensi kepada ibu hamil sebelum bayinya dilahirkan.
"Jadi, ibu hamil itu harus tahu, pada sedang hamil harus makan apa. Harusnya waktu hamil kita makan dengan tingkat nutrisi yang bagus, seperti lima porsi karbohidrat, lima porsi protein hewani dan seterusnya," ucap Maria Endang, saat memberikan keterangan pers kepada para wartawan sesaat setelah membuka Acara Pendampingan Terpadu Percepatan Penurunan Stunting di Provinsi Aceh yang berlangsung di Aula Serbaguna, Kantor Gubernur Aceh pada Kamis (22/9/2022).
Menurut dr. Maria, selain mengkonsumsi makanan yang bernutrisi, ibu hamil, juga perlu rutin melakukan pemeriksaan kehamilannya paling tidak 6 kali selama masa kehamilan, baik di puskesmas maupun di tempat fasilitas kesehatan lain.
Setelah lahir, hal penting lainnya adalah untuk memastikan bahwa posyandu semua harus aktif, jika ada anak yang mengalami perlambatan pertumbuhan, ini harus bisa dideteksi pada saat balita ditimbang sehingga bisa segara diintervensi agar anak tidak sampai masuk kategori Stunting.
Selain itu, ada sejumlah intervensi lain yang juga perlu pihaknya pastikan, seperti salah satunya ialah intervensi sensitif agar anak tidak masuk kategori Stunting seperti memastikan ketersediaan air bersih, KB, dan seterusnya.
Intervensi sensitif merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penyebab tidak langsung stunting yang umumnya berada di luar persoalan kesehatan. Dalam intervensi ini, terbagi 4 jenis yaitu penyediaan air minum dan sanitasi, pelayanan gizi dan kesehatan, peningkatan kesadaran pengasuhan dan gizi serta peningkatan akses pangan bergizi.
Itu perlu dilakukan agar dapat diintervensi supaya balita tidak jatuh kepada stunting. Jadi untuk setiap kabupaten/kota, kata Maria Endang, nanti harus dipastikan bahwa itu semua diterapkan dilapangan.
Hal penting lainnya adalah memastikan anak memperoleh Imunisasi Dasar Lengkap. Tujuannya supaya anak-anak tidak sering sakit. Jika anak sering sakit maka pertumbuhannya pastinya juga akan terganggu.
"Nanti kita berharap setelah pendampingan, ini dapat dilakukan untuk seluruh kabupaten," pungkas dr. Maria Endang Sumiwi.
Acara Pendampingan Terpadu Percepatan Penurunan Stunting di Provinsi Aceh, ikut dihadiri oleh Pj. Gubernur Aceh, Bapak Achmad Marzuki. Pendampingan terpadu ini dilakukan oleh kementerian/lembaga yang terkait penanganan Stunting kepada 3 kabupaten lokus Stunting di Aceh. Di Aceh ada 3 kabupaten yang masuk ke dalam daerah lokus Stunting, yaitu Aceh Utara, Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lues.
Pendampingan Terpadu Percepatan Penurunan Stunting ini diinisiasi oleh Kemenko PMK guna menidaklanjuti salah satu arahan Presiden Joko Widodo dalam Ratas tentang Percepatan Penurunan Stunting tanggal 11 Januari 2022 yaitu agar K/L fokus melakukan percepatan penurunan stunting di 7 provinsi dengan prevalensi tertinggi agar mudah dikontrol evaluasinya, yaitu NTT (37,8%), Sulawesi Barat (33,8%), Aceh (33,2%), NTB (31,4%), Sulawesi Tenggara (30,2%), Kalimantan Selatan (30%), dan Kalimantan Barat (29,8%).
Kemudian pada rapat koordinasi tingkat Menteri (RTM) tanggal 20 Januari 2022, Menko PMK juga memberikan arahan agar selain fokus terhadap 7 provinsi, K/L juga harus fokus di 5 provinsi dengan jumlah balita stunting terbanyak, yaitu Jawa Barat (968.148 balita), Jawa Timur (656.449 balita), Jawa Tengah (510.646 balita), Sumatera Utara (348.889 balita), dan Banten (268.226 balita) (SSGI, 2021).
Jadi, penanganan di 12 provinsi ini sudah dapat mencakup lebih dari 60% sasaran dan diharapkan mempunyai daya ungkit yang besar dalam upaya percepatan penurunan stunting tanpa mengesampingkan provinsi lainnya.
Kunjungi Puskesmas Blang Bintang
Sebelumnya diberitakan, Dirjen Kesmas didampingi Kadinkes Aceh dr Hanif melakukan kunjungan kerja ke Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar pada (Rabu, 21/09). Di sana dr. Maria Endang meminta petugas untuk memberi perhatian khusus kepada ibu hamil yang mengalami anemia dan ibu hamil KEK.
Menurutnya, hal itu penting sebagai salah satu upaya untuk mencegah anak lahir stunting. Dalam kesempatan itu, ia juga banyak berdiskusi terkait capaian program dan kendala yang dihadapi petugas kesehatan saat bertugas di lapangan.
Dirjen kesmas itu menekankan untuk ibu hamil harus mengkonsumsi minimal 90 tablet tambah darah selama kehamilan.
"Angka 90 tablet itu adalah jumlah minimal ya, lebih baik itu jika setiap hari selama kehamilan bumilnya rutin minum TTD. Sedangkan pada ibu hamil anemia dan bumil KEK, maka konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) nya harus 2 tablet sekali minum," ucapnya.
Untuk tablet tambah darah itu kata dia juga tersedia dalam jumlah cukup dan bisa diperoleh gratis di Puskesmas dengan kualitas yang sangat baik.
Bukan hanya ibu hamil yang perlu memperhatikan kandungannya, tetapi para petugas di lapangan juga ditekankan Dirjen Kesmas untuk mengisi buku KIA secara lengkap dan benar agar tumbuh kembang anak dapat terpantau dengan optimal.
👁 3240 kali