Cuaca Panas di Arab Saudi, Ini Yang Harus Diperhatikan Jemaah Haji

Petugas Kesehatan Sedang Memeriksa Kesehatan Jemaah Calon Haji di Embarkasi Haji Aceh (Foto direkam pada : 24/05)
Petugas Kesehatan Sedang Memeriksa Kesehatan Jemaah Calon Haji di Embarkasi Haji Aceh (Foto direkam pada : 24/05)

(BANDA ACEH) -- Arab Saudi saat ini sedang memasuki musim panas dengan suhu di atas 40 derajat Celsius. Meski puncak musim panas jatuh pada Juli-Agustus 2023, namun kondisi Arab Saudi saat ini, khususnya Madinah, terbilang terik.

Kabid Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, M Imran, mengatakan, cuaca panas Arab Saudi karakternya beda dengan Indonesia.

“Di Indonesia paling panas 33-35 derajat celsius dengan kelembaban di atas 60 persen. Sementara di Arab Saudi kelembabannya kering, di bawah 50 persen,” ujar Imran pada Selasa (23/5).

Tingkat kelembaban ini, menurutnya, membuat jamaah haji tidak berkeringat meski panas menyengat. Padahal, keringat itu mekanisme untuk pertahanan tubuh melawan panas, dengan membuat permukaan kulit menjadi lebih dingin.

Dampak cuaca panas ini terhadap kesehatan, sambung Imran ada tiga penyakit yang bisa mengiringi.

Pertama, infeksi saluran pernapasan atau ISPA ditandai dengan batuk.

Kedua, dehidrasi, kondisi ini cukup serius sebab cuaca kering ini membuat orang yang beraktivitas di luar ruangan tidak gampang haus karena lambatnya penguapan.

Ketiga, dan yang paling parah adalah heat stroke. Bila sudah heat stroke penanganannya harus di rumah sakit.

“Di Arab Saudi penguapan lambat jadi tidak gampang haus, Karena itu  jamaah haji harus minum 200 mililiter per jam. Namun tidak diminum sekaligus, melainkan minum 1-2 teguk tiap berapa menit,” ucap dia.

Cara mengurangi dampak negatif musim panas ini, ia menghimbau jamaah untuk menggunakan payung, masker, dan membawa spray air untuk wajah.

Jadi bila panas, tinggal menyemprotkan air ke wajah dan kulit yang terpapar sinar matahari.

Hal ini bisa mengurangi dampak negatif panas. Bila menemukan orang yang kepanasan, bawa orang tersebut ke tempat teduh. Kemudian gunakan sprai berisi air dingin untuk mencegah heat stroke.

“Bawa ke tempat teduh, siram pakai air dingin selama 30 menit,” ungkap Imran.

Bila terjadi kedaruratan, Jamaah haji bisa langsung menghubungi KKIH dengan mengoptimalkan aplikasi tele jamaah, Dalam aplikasi Itu ada kolom panic button yang bisa dimanfaatkan jamaah haji saat membutuhkan pertolongan kesehatan.

Jemaah Harus Selalu Membawa Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH)

Jemaah juga disarankan untuk selalu dan terus membawa kartu kesehatan jemaah haji ini, terutama saat beribadah, agar memudahkan petugas bila sewaktu membutuhkan pelayanan kesehatan.

Kartu kesehatan jemaah haji (KKJH) merupakan kartu identitas bagi jemaah haji yang memuat informasi Kesehatan seperti rekam medis, vaksinasi, dan riwayat pembinaan kesehatan jemaah haji.

Didalam kartu ini dilengkapi barcode dan QR code yang bisa digunakan bagi tenaga kesehatan untuk mengakses informasi kesehatan dari jemaah haji sesuai nomor porsi melalui aplikasi tele-petugas.

KKJH memiliki 2 kelompok warna yaitu oranye dan putih. Jemaah haji dengan KKJH warna oranye merupakan jemaah haji yang masuk dalam status kesehatan risiko tinggi. Sedangkan jemaah yang masuk dalam kategori putih masuk dalam status kesehatan tidak berisiko.

Status kesehatan risiko tinggi ditetapkan bagi jemaah haji dengan kriteria yaitu berusia 60 tahun atau lebih; dan/atau memiliki faktor risiko kesehatan dan gangguan kesehatan yang potensial menyebabkan keterbatasan.

KKJH sangat memudahkan bagi tenaga kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan & pembinaan kesehatan bagi jemaah haji. Harapannya kesehatan dari jemaah haji lebih terjaga sehingga ibadanya dapat berjalan lancar.

Setiap jemaah haji disarankan untuk selalu membawa KKJH terutama saat meninggalkan pondokan. Hal ini dilakukan supaya memudahkan petugas kesehatan mengakses informasi kesehatan jemaah dari scan barcode yang tercantum dalam KKJH.

👁 32975 kali

Berita Terkait