Jakarta – Kementerian Kesehatan RI mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai ancaman penyakit difteri yang kembali menunjukkan peningkatan kasus di berbagai wilayah Indonesia. Direktur Imunisasi Kemenkes, dr. Prima Yosephine Berliana Yumiur Hutapea, menegaskan bahwa penyakit menular ini hanya dapat dicegah melalui imunisasi yang lengkap dan merata.
Peringatan tersebut disampaikan Yosephine dalam webinar “Ancaman Lama di Era Baru: Waspada Difteri Kembali Meningkat” yang digelar oleh Unit Pelatihan dan Pengembangan RSPI Prof. Dr. Sulianto Saroso, yang dilihat pada Selasa (9/9/2025).
“Kasus difteri kini menunjukkan tren kenaikan di sejumlah wilayah. Ini bukan kejadian biasa, melainkan peringatan keras bahwa kita tidak boleh lengah,” ujar dr. Prima.
Kasus Difteri Kembali Naik
Berdasarkan data Kemenkes, pada 2024 terdapat 943 suspek difteri di 210 kabupaten/kota di 33 provinsi. Tahun ini, hingga 25 Agustus 2025, sudah tercatat 417 suspek di 146 kabupaten/kota di 29 provinsi, dengan 50 kejadian luar biasa (KLB) difteri di 45 kabupaten/kota.
Baca juga : Inilah Daftar Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
“Ketika imunisasi kita melemah, penyakit yang sebelumnya terkendali bisa kembali merebak,” tambah dr. Prima.
Cakupan Imunisasi Masih Rendah
Menurut Kemenkes, cakupan imunisasi bayi dan baduta tahun lalu belum mencapai target minimal 90%. Hingga Juli 2025, capaian imunisasi bayi lengkap baru 41%, sementara imunisasi anak sekolah baru 42,6%.
Kondisi ini menambah jumlah anak zerodose (belum pernah mendapat imunisasi DPT sama sekali). Indonesia kini berada di peringkat keenam dunia dengan jumlah anak zerodose terbanyak.
Imunisasi Adalah Kunci
Difteri dapat dicegah dengan imunisasi sejak bayi hingga anak usia sekolah dasar. Imunisasi difteri diberikan dalam 3 dosis primer saat bayi, dilanjutkan dengan dosis penguat di bawah usia 2 tahun, serta pada kelas 1, 2, dan 5 SD atau sederajat.
Baca juga : Pentingnya Imunisasi Pada Anak
“Cakupan imunisasi yang tinggi dan merata adalah kunci membentuk herd immunity. Tanpa itu, kita menghadapi kesenjangan imunitas yang membuat masyarakat rentan,” jelas dr. Prima.
Selain cakupan yang tidak merata, tantangan imunisasi di Indonesia juga dipengaruhi oleh keraguan masyarakat, hoaks efek samping, hingga isu kehalalan vaksin. Hal ini menambah jumlah kelompok anak yang rentan terhadap difteri.
Baca juga : Imunisasi Efektif Cegah Penyakit pada Anak
Ia menutup sambutannya dengan ajakan bersama untuk memperkuat kewaspadaan dan komitmen terhadap imunisasi:
“Pencegahan selalu lebih baik daripada mengobati. Mari pastikan imunisasi sebagai hak anak bangsa dapat terlaksana dengan baik.”, Tutup dr. Prima Yosephine.
👁 2751 kali




