BANDA ACEH – Balai Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) Banda Aceh menyelenggarakan Seminar dan Workshop Penguatan Surveilans dan Manajemen Tuberkulosis berbasis Next Generation Sequencing (NGS) pada Senin (29/9/2025) di Bapelkes Aceh. Kegiatan ini digelar untuk mempercepat penggunaan teknologi tepat guna serta memperkuat laboratorium dan layanan diagnostik TB berbasis data genomik.
Acara dibuka secara resmi oleh Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan Aceh, Ferdiyus, SKM, M.Kes, menyebut bahwa tuberkulosis (TB) masih menjadi tantangan serius di Indonesia, termasuk Aceh.
“Indonesia menempati posisi kedua dengan kasus TB terbanyak di dunia setelah India. Di Aceh, estimasi insiden TB tahun 2025 mencapai 18.426 kasus, dengan target treatment coverage (TC) sebesar 90 persen atau sekitar 16.616 kasus. Namun hingga 5 September, capaian TC baru 46 persen. Untuk TB resisten obat, capaian kita masih 25 persen, jauh dari target nasional 85 persen,” ungkap Ferdiyus.
Tak Perlu Lagi Dirujuk ke Luar Daerah
Ia menambahkan bahwa saat ini Aceh telah memiliki 49 fasilitas Tes Cepat Molekuler (TCM) GenXpert (26 rumah sakit dan 23 puskesmas), serta 1 fasilitas TCM BD Max, yang tersebar di seluruh kabupaten/kota.
Selain itu, tersedia 24 rumah sakit pengobatan TB resisten obat, sehingga masyarakat tidak lagi harus dirujuk ke luar daerah untuk mendapatkan layanan diagnosis dan pengobatan TB.
"Saat ini seluruh Kabupaten/Kota di Aceh, sudah mampu melakukan penegakan diagnosisi dan pengobatan Tuberkulosis resisten obat, tanpa harus lagi merujuk pasien ke Fasyankes di luar Kabupaten/Kota atau ke luar Provinsi Aceh", tegas Ferdiyus.
Meski begitu, capaian pengobatan TB di Aceh masih belum sesuai target. Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi Next Generation Sequencing (NGS) dipandang sangat penting untuk memperkuat deteksi dini, memetakan resistensi obat, serta mendukung penguatan laboratorium berbasis data genomik.
Dalam sambutannya, Ferdiyus mengapresiasi inisiatif Balai Labkesmas Banda Aceh yang menyelenggarakan seminar ini, sekaligus mengajak para peserta untuk mengoptimalkan kesempatan berbagi ilmu dan praktik langsung.
“NGS adalah terobosan penting untuk diagnosis yang lebih cepat dan akurat, sehingga pengobatan bisa lebih tepat sasaran. Harapan kita, teknologi ini dapat mendukung pencapaian target eliminasi TB di Aceh,” ujarnya.
Seminar dan workshop ini akan berlangsung selama dua hari, 29–30 September 2025, dengan rangkaian materi, diskusi, dan praktik penggunaan teknologi NGS dalam diagnostik Tuberkulosis di Aceh.
👁 90 kali